Friday, July 07, 2006

Antara Cilebut dan Pasar Rebo...duh Allah.....

Sudah 2 minggu ini ada acara yang mengharuskan kehadiran di Sabtu pagi. Agar bisa memenuhi semua acara tersebut terjadi perubahan jadwal. Seperti waktu tahsin yang biasanya jam 8 Sabtu pagi di pindah sementara ke waktu Jum'at fajar ( jam 6 pagi).
Ternyata hanya ada 2 kelas di Ju'mat fajar; pratahsin & takhfis, sementara aku di talaqi.

Langsung inisiatif duduk dengan manis di kelas pratahsin, murid cabutan ceritanya. Saat absen tiba aku langsung maju menemui ustzah.

"Afwan ustazah ane mau ijin untuk ikut kelas ini untuk 2 minggu kedepan karena alasan..bla..bla" penjelasanku.
"Anti dari kelas apa?" tanyanya.
"Talaqi" jawabku

Dia diam sebentar sebelum akhirnya bergerak ke kelas sebelah kelas takhfis berbicara dengan pengajar ustazah yang membimbing kelas takhfis. Terlihat mereka berbicara sebentar dan kemudian dengan isyarat melambaikan tangan meminta aku masuk ke kelas takhfis.

Duduk diantara penghafal Alqur'an membuatku malu (maklum hafalan ga nambah-nambah).
Melirik ke sekeliling mengenali anggota kelas sambil memberi senyuman. Ane rina..

Ini minggu kedua aku memasuki kelas itu. Tetap sama membuatku malu & insya Allah jadi pemacu agar lebih giat demi hal yg wajib untuk dipelajari. Semakin kenal dengan kelas ini, termasik dengan seorang ibu yang sudah mempunyai anak yang duduk di bangku SD, Mba Sumirah.

Ada lagi seorang ibu separuh baya kira-kira menjelang 60 thn, subhanallah damai hati ini bila melihat wajahnya juga tulus senyumnya menyapa ramah diriku. Di dalam kelas ia adalah yang tertua mungkin seusia dengan tanteku. Sekali lagi..Subhanallah semangatnya untuk belajar memang sangat patut di tiru kita-kita yang katanya masih tergolong muda ini.

Kelas berakhir dan aku segera bergegas untuk langsung ke kantor. Sesampai dipemberhentian bis bertemu dengan mba Sumirah lagi, rupanya kami satu jurusan. Di dalam bis mulai kami saling mengakrabkan diri lagi, maklum kelas takhfis selalu serius.

"Turun dimana Rin? tanya mba Sumirah mengawali percakapan
" di PP, mba turun di mana?" tanyaku balik

Dari pertanyaan ini mulailah rasa kekagumanku muncul pada mba satu ini. Dia mulai menceritakan perjalanan yang musti dia tempuh untuk sampai ke tempat kami belajar.
Dia bertempat tinggal di Cilebut, biasanya dia menggunakan kereta reguler dari sana menuju lembaga Quran tempat kami belajar.

Tepatnya sebelum subuh dia harus sudah sampai di stasiun untuk dapat masuk kelas tepat waktu. What????? jam segitu udah harus menunggu kereta batinkun. Katanya itu kereta ke 2 apa bila dia telat sedikit maka keterlambatan sudah jad jaminan.

Dia sudah berkeluarga dan di karuniai 3 anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar, tentunya tau berapa sibuk dia mempersiapkan segala suatunya dulu sebelum melangkah keluar dari rumah. Persiapan harian untuk keperluan suami maupun anak, tapi semua di jalanin dengan senang hati.....Subhanallah.

Cambuk yang sangat keras buatku agar menjadi lebih terpacu bersemangat bila teringan jarak antara Cilebut- Condet, yang harus diawali berada di stasiun sebelum adzan subuh......