Monday, August 28, 2006

Hindari Balita dan Anak Kita Dari Kekerasan Seksual

Pertama membaca artikel yang dikemas dalam bentuk ringkas ini saya sangat tertarik dimana di dalamnya terdapat tips yang sangat berguna dapat segera diterapkan guna meminimalisir kekerasan seksual dalam hal ini objeknya adalah anak-anak. Memulai dengan memberi pengertian kepada orang di sekeliling kita termasuk anak akan pentingnya & bagaimana menyiasati hal tersebut.

Suatu hal yang membuat saya miris sekali adalah pelaku-pelaku kekerasan seksual tersebut justru masih berada di sekitar lingkungan keluarga sendiri (seperti ayah, paman, dll) dan bila di lihat dari segi usia pelaku tersebut masih dalam katagori belum dewasa. Semua kita mengetaui hal tersebut bersumber dari informasi-informasi yang berseliwiran di depan mata kita dalam segala bentuk.

Semoga sedikit informasi ini berguna untk kita semua terutama yang memiliki balita & anak .

Hindari Balita dan Anak Kita Dari Kekerasan Seksual

Hampir setiap hari kita membaca, mendengar dan menonton berita tentang kekerasan seksual dan perkosaan terhadap anak dan balita.

Laporan dari Pusat Konsultasi Terpadu RSCM melaporkan bahwa jumlah kasus anak yang dirujuk untuk memperoleh konseling karena perkosaan dan incest (hubungan kelamin antar anggota keluarga) meningkat 100% tahun ini. Sekurangnya ada kasus dalam setiap satu hari.

Salah satu stasiun TV swasta beberapa waktu yang lalu meyiarkan berita tentang seorang ibu muda yang menangisi nasib gadis kecilnya yang berusia empat tahun. “Anak saya mengeluh sakit kalau pipis, lalu saya periksa dan…saya lihat..eh kemaluannya berdarah. Saya tanya apa yang terjadi..Ya Allah!..saya tidak menyangka anak saya “digituin”!, ujarnya lirih dan penjelasan berikutnya tenggelam dalam tangis yang perih.

Hati siapa yang tidak ikut perih mendengarkan kesaksian ibu yang berasal dari desa di Jawa Tengah itu, dan ternyata pelakunya adalah anak tetangga yang baru duduk di bangku SMP!

Stasiun TV lainnya menyiarkan pula rekontruksi perkosaan anak balita yang dilakukan sangat terencana oleh tetangganya juga murid SD kelas V dan VI dan seorang siswa SMP.

Sekarang ini apakah kita tinggal dikota ataukah didesa, keluarga berpunya atau yang hidupnya pas pasan, semua kita sekarang ini dihadapkan pada suatu “bencana besar” yang mengancam: kenyamanan, keselamatan fisik, jiwa dan keimanan anak-anak kita. Mereka dengan mudah bias menjadi korban kekerasan seksual dan perkosaan!

Mengapa semua ini terjadi?

Kekerasan seksual ini bias terjadi karena dua hal:

1. Tidak bisa di pungkiri bahwa kita semua tak mampu membendung arus informasi tentang pornografi yang melanda kehidupan kita baik melalui media cetak maupun elektronik dalam bentuk: berita, sinetron, telenovela, film seri, klip lagu, dialog seputar seks & pergaulan, koran tabloid, komik, vcd & situs porno, bahkan gambar tempel porno yang dimasukkan dalam kemasan jajanan anak!

Semuanya bisa didapatkan dengan sangat mudah dan murah! Sementara mereka yang menonton & membaca informasi tersebut tidak semuanya memiliki iman yang teguh dan pengetahuan yang memadai sehinga mempunyai ketahanan serta control diri yang baik. Jadi bisa saja orang dewasa tersebut atau anak yang lebih besar di sekitar anak kita terpengaruh oleh tontonan atau bacaan porno.

2. Anak nak kita kurang berkali dengan pengetahuan tentang kemungkinan kemungkinan yang terjadi terhadap dirinya bila ia bersama orang lain dan keterampilan untuk menjaga diri dan waspada terhadap bujukan atau ancaman orang lain terhadap dirinya.

Apa itu kekerasan Seksual terhadap anak?

Kekerasan seksual adalah kegiatan atau aktivitas seksual yang dilakukan oleh orang dewasa atau oleh anak yang lebih besar, terhadap anak atau balita. Kegiatan tersebut dapat berupa:

  1. Menunjukkan diri atau kemaluannya
  2. Membelai atau meremas remas anak
  3. Melakukan perkosaan


Bagaimana kita harus bersikap dan apa yang mesti kita lakukan?

1. Meningkatkan kewaspadaan

Dengan semua keyataan yang ada sekarang ini, kita sebaiknya meningkatkan kewaspadaan dalam pengasuhan anak dan balita kita. Kita mewaspadai dengan siapa anak kita berada, karena di negara mana saja kekerasan dan perkosaan terhadap anak umumnya dilakukan oleh orang dekat dan dikenal anak dengan cara: membujuk atau mengancam.

Jadi kewaspadaan itu diperlukan karena kita tidak dapt mengontrol apa yang telah mereka lakukan sebelum bersama dengan anak kita. Bisa saja mereka menyaksikan atau membaca hal-hal yang porno yang menggugah nafsunya dan menggunakan kekuatan fisik serta kekerasan untuk menyalurkannya.

Anak atau balita kita yang laki-laki atau perempuan memerlukan kewaspadaan yang sama. Oleh sebab itu kalu terpaksa meninggalkan anak dalam pengasuhan orang lain, lakukan pengecekan secara berkala. Pastikan semua aman.

2. Langkahi fikiran atau anggapan: seks itu tabu

Tidak dapat dielakkan bahwa kita dibesarkan dalam budaya bahwa seks itu adalah suatu yang tabu, saru sehingga tidak pantas untuk membicarakan dengan anak. Kalaupun kita ingin membicarakannya, kita tidak tahu bagaimana memulainya, kapan, apa yang akan dibicarakan dan sejauh mana menyampaikannya.

Kendala seperti ini harus diatasi. Kita bukan saja harus mampu membicarakan hal ini dengan anak tetapi juga membuat batasan dan penjelasaan kepada orang-orang yang terlibat dalam pengasuhan anak anak kita.

Untuk mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengkomunikasikan masalah seks ini selain membaca buku buku yang banyak tersedia di toko buku, juga dapat mengikuti workshop dan pelatihan mengenai bicara seks dengan anak yang diselengarakan oleh Yayasan Kita dan Buah Hati.

3. Menggalang kerjasama didalam dan diluar rumah

· Kerjasama dengan pasangan kita, untuk sepenuhnya bertanggung jawab mengenai pendidikan seksualitas bagi anak anak kita

· Kerjasama dengan orang yang terlibat dengan pengasuh anak: orang tua, anggota keluarga bahkan sopir kita dan

· Kerjasama dengan pihak sekolah dan tetangga. Untuk berhati-hati dan saling memperhatikan dan membantu anak masing masing

Bagaimana mempersiapkan anak kita?

  1. Tingkatkan komunikasi dengan anak

Dengan komunikasi yang baik kita dapat membantu anak untuk:

· Memiliki kesadaran dan ketajaman perasaan terhadap apa yang mungkin terjadi terhadap dirinya.

Kita mengajarkan mereka untuk lebih waspada. Caranya bisa dengan menceritakan peristiwa yang sering terjadi sekarang ini. Tapi gunakanlah kata kata yang sesuai dengan usia dan kemampuan berfikir anak, sehingga tidak membuatnya tegang atau stress. Dalam dialog, usahakan untuk mengontrol benar ekspresi agar wajah tetap rileks dan nada suara yang lemah lembut.

· Meningkatkan harga & kepercayaan dirinya.

Anak diajarkan bahwa diri & tubuhnya adalah suatu yang sangat berharga bagi dia maupun bagi kita dan seluruh keluarga. Untuk itu dia harus menjaga dan memeliharanya dengan baik.

Terhadap anak kita jelaskan sebagai berikut:

“Tidak semua orang boleh menyentuh badan ade yah, terutama dari bagian bahu atas sampai lutut..bagian ini hanya boleh disentuh oleh ibu, ayah, ..dan bibi..

Hal ini tidak susah bagi anak, karena mereka biasanya sangat sensitive dengan miliknya: “Ini punyaku”’”Ini bonekaku, sepedaku, setipku!” Jadi mereka mudah bisa diajarkan untuk merasa berani mengatakan “Ini badanku!, Ini milikku!” Katakan kepada anak:

“Jangan lupa ya sayang, ini badan ade yang paling berharga tidak sembarang orang boleh pegang dan elus-elus badan ade ya, ngertikan?”

2. Mengajarkan anak jenis-jenis sentuhan & cara bereaksi terhadapnya.

Menjelaskan sentuhan ini memang tidak mudah. Tapi karena situasi sudah begini, mau tidak mau kita harus berupaya untuk melakukannya. Katakan pada anak bahwa orang menyentuh kita itu ada 3 cara:

a. Sentuhan yang pantas

Yaitu sentuhan yang dilakukan seseorang karena kasih sayang misalnya mengusap, membelai kepala, membedaki badan.

b. Sentuhan yang membingungkan

Sentuhan yang dilakukan antara menunjukkkan kasih sayang dan nafsu. Misalnya mula-mula mengelus kepala, memeluk lalu tangannya meraba bagian tubuh dari bawah bahu sampai dengan atas dengkul, yang telah kita ajarkan pada anak merupakan bagian yang boleh di sentuh orang lain

c. Sentuhan jelek

Yaitu kalau seseorang meraba-raba paha, dada atau bagian yang dekat dengan kemaluan.

3. Ajarkan anak untuk mempercayai perasaannya

Anak-anak dibekali Allah dengan perasaan yang tajam sehingga dapat mengenali perasaan dan perlakuan orang lain terhadapnya. Anda tentu pernah mengalami perubahan reaksi yang ditunjukkan anak yang anda suka dan anak yang tidak anda sukai. Mereka dapat merasakan perasakan perasaan anda bukan? Atas dasar itu, sebenarnya anak bisa kita ajarkan atau dilatih untuk memperhatikan dan mempercayai berbagai macam perasaan yang dialaminya bila ia berhadapan dengan orang lain apakah itu: menyenangkan, membingungkan atau menakutkan!

Dengan perasaan tersebut dihubungkan dengan sentuhan yang dilakukan orang tersebut terhadap anak. Kita bisa berulang mengingatkan anak:

Contoh:

“Kalau ada orang yang mengelus-ngelus ade, ade rasakan ya, ini orang sentuhannya benar atau tidak, sentuhannya baik atau membingungkan ade. Allah memberikan ketajaman perasaan anak-anak untk mengetahui perasaan orang lain. Jadi kalau ade bingung takut terhadap sentuhan orang, perasaan ade itu benar. Ade harus segera bertindak ya!”

4. Ajarkan anak untuk mengatakan TIDAK, ENGGAK MAU atau JANGAN BEGITU pada anakyang lebih besar atau orang dewasa yang berbuat tidak pantas padanya.

Selama ini kita mengajak anak kita untuk patuh pada orang dewasa lain, dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang yang lebih besar dari mereka. Sekarang kita harus pula menjelaskan kepada anak bahwa untuk keadaan tertentu (tergantung perbuatan orang itu dan pertimbangan perasaannya) anak boleh mengatakan: JANGAN BEGITU, TIDAK, ENGGAK MAU pada orang dewasa atau anak yang lebih besar dari padanya, khususnya bila ia merasa perlu melindungi dan menjaga dirinya.

Bahkan kalau dia merasa terancam, kita memperbolehkan untuk: tegas judes, bahkan bebohong!

Misalnya kita katakan:

“Kalau ade terdesak dan ade sudah bilang “jangan pegang begitu” tapi orang itu masih saja pegang-pegang dan ngelus ade, ade bilang sama orang lain yang ada disekitar situ. Ibu dan ayah bolehkan ade bohong dengan bilang: “Aduh maaf ya om atau mas aku mau pipis dulu, dan ..ade lari ya nak!”

Anda bisa minta anak mencoba mengatakannya mengulang sampai mereka bias. Usahakan anak terampil mengucapkan kata-kata untuk pembelaan dan perlindungan dirinya.

5. Yakinkan anak untuk berbagi rahasia dengan dia

Karena kekerasan seksual dan perkosaan selalu dilakukan dengan bujukan dan ancaman, maka hal ini harus dijelaskan juga kepada anak. Kita juga menyakinkan bahwa kita sebagai orang tua adalah tempat dengan siapa anak bias & harus untuk berbagi rahasia.

“Dek, Biasanya orang yang mau nakalin atau jahatin anak-anak sebesar ade itu suka ngancem atau menjanjikan hadiah dan minta anak-anak untk menjaga rahasianya. Nah dek , itu tidak benar. Kalau ada orang yang suruh ade begitu jangan percaya ya nak… Ade sama mama sangat dekat…dulukan ade ada di dalam perut mama, makan apa yang mama makan, jadi kalau adae punya perasaan yang membingungkan dan menakutkan, mamalah orang yang paling dekat untk ade certain dan berbagi ya nak.”

Sejak itulah berbagi “rahasia kecil” yang bisa anda ciptakan dengan anak, agar anak terbiasa. Misalnya diam diam bagi coklat dan tidak ikut dibagi dengan adiknya.

“Ssst ini rahasia diantara kita ya!”

6. Kenalkan pada anak beda: orang asing, kenalan, teman, sahabat & kerabat.

Sejak kecil anak perlu dibiasakan untuk mampu mengenali & melakukan penilaian terhadap orang disekitarnya, apa yang boleh dilakukan dengan mereka.

Orang asing:

Adalah orang yang tidak kita kenal sama sekali. Tidak boleh terlalu ramah, akrab dan langsung percaya. Kita harus selalu waspada. Misalnya orang yang duduk disamping kita di bus atau ditempat tunggu.

Kenalan:

Orang lain yang kita kenal namanya, pekerjaannya, atau alamatnya. Tapi tidak lebih jauh dari itu. Misalnya tukang koran, tukang sayur dll. Kita harus berhati-hati karena tidak kenal secara mendalam.

Teman:

Kita tahu lebih banyak tentang dia bahkan tau sifat sifatnya. Kita boleh bergaul lebih baik dan mempercayainya.

Sahabat:

Lebih dari sekadar teman, kita sangat mempercayai tetapi tetap dalam batas batas tertentu tidak semuanya kita percaya.

Kerabat:

Adalah anggota keluarga dekat, yang kita kenal betul. Tetapi tetap harus waspada juga. Bagi muslim sejak dini kenalkan mana yang mukhrim dan yang bukan mukhrim (seseorang yang kita tidak boleh nikah dengannya) mana yang bukan, jadi anak tau bagaimana bersikap terhadap mereka.

7. Nyatakan pada anak bahwa orangtua dan keluarga selalu melindungi & menjaga mereka.

Anak harus diyakinkan bahwa ortu dan keluarga dekat sangat menyayangi, melindungi dan mendukung anak apabila ia bertindak sesuai dengan apa yang dirasakan untuk melindungi dirinya. Pernyataan seperti ini sangat diperlukan untuk memberikan rasa aman dan kekuatan dalam diri anak.

8. Genapkan ikhtiar dengan doa.

Sejauh mana mata bisa melihat, tangan bias menjangkau, telinga bias mendengar? Selalu ada saat dimana kita lengah atau tidak mampu, bukan? Setelah semua ikhtiar kita lakukan, selanjutnya adalah berdoa dan pasrah: semoga Allah melindungi anak dan keturunan kita dari bencana. Pada Allah jua kita berserah diri atas keselamatan diri dan keturunan kita.

Di ambil dari artikel yang diterbitkan oleh:
Yayasan Kita dan Buah Hati
Pimpinan Ibu Elly Risman, Psi
Jl. Dei Sartika No. 188 Cawang III

Jakarta Timur
Tlp. 021 8087 1763
Fax. 021 924 6539

No comments: